Belajar dari Paku
Halaman 1 dari 1
Belajar dari Paku
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki
yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya
memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah
paku di pagar belakang setiap kali dia marah.
Hari pertama anak itu telah
memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah
itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya
daripada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut
merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan
kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian
mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak
marah.
Hari-hari berlalu dan anak
laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut
olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Hmm, kamu telah berhasil
dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak
akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam
kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. di hati orang
lain.
Kamu dapat menusukkan pisau
pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu
minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata adalah sama
buruknya dengan luka fisik.”
Sumber : Tintaunguwordpresscom
yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya
memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah
paku di pagar belakang setiap kali dia marah.
Hari pertama anak itu telah
memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah
itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya
daripada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut
merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan
kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian
mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak
marah.
Hari-hari berlalu dan anak
laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut
olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Hmm, kamu telah berhasil
dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak
akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam
kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. di hati orang
lain.
Kamu dapat menusukkan pisau
pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu
minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata adalah sama
buruknya dengan luka fisik.”
Sumber : Tintaunguwordpresscom
deesii- ..:: Play Group ::..
-
Jumlah posting : 35
Lokasi : Disini Aja
Registration date : 20.08.07
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|