Kriminal
3 posters
Halaman 1 dari 1
Kriminal
Anak Polisi Terlibat Kasus Narkoba
Kapanlagi.com - Anak seorang anggota Kepolisian Resor (Polres) Kediri, Jawa Timur, Rob (22) terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba.
Kepala Reserse Narkoba Polresta Kediri, AKP Sudadi, Senin mengatakan, keterlibatan Rob dalam kasus itu terkuak setelah petugas berhasil meringkus tiga pengecer dan pengguna narkoba.
"Awalnya kami menangkap seorang pengecer dan pengguna narkoba, Sul (21) di Jalan Sersan Suharmadji 59 Kediri, Jumat (17/8) lalu," katanya.
Dari tangan Sul petugas berhasil mengamankan sedikitnya 199 butir jenis Lexotan. Sul mengaku mendapatkan barang tersebut dari Ben (25), warga Desa Bedug, Kecamatan Ngadiluwih.
Tak berlangsung lama kemudian petugas berhasil membekuk Ben dari rumahnya. Ben mengaku mendapatkan barang tersebut dari Im (29), warga Desa Beduk, Kecamatan Ngadiluwih.
"Dari tangan Im ini kami berhasil menemukan 117 butir jenis Lexotan yang disimpan di dapur rumahnya," kata Sudadi mengungkapkan.
Lalu Im mengaku mendapatkan barang tersebut dari Rob yang sebelumnya ditahan di Mapolresta Kediri karena kasus dugaan terlibat pencurian sepeda motor.
Sampai saat ini Rob yang juga anak anggota Polres Kediri itu masih menghuni sel tahanan Mapolresta Kediri. Selain kasus curanmor, Rob juga akan dimintai keterangan mengenai keterlibatannya dalam jaringan narkoba
Kapanlagi.com - Anak seorang anggota Kepolisian Resor (Polres) Kediri, Jawa Timur, Rob (22) terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba.
Kepala Reserse Narkoba Polresta Kediri, AKP Sudadi, Senin mengatakan, keterlibatan Rob dalam kasus itu terkuak setelah petugas berhasil meringkus tiga pengecer dan pengguna narkoba.
"Awalnya kami menangkap seorang pengecer dan pengguna narkoba, Sul (21) di Jalan Sersan Suharmadji 59 Kediri, Jumat (17/8) lalu," katanya.
Dari tangan Sul petugas berhasil mengamankan sedikitnya 199 butir jenis Lexotan. Sul mengaku mendapatkan barang tersebut dari Ben (25), warga Desa Bedug, Kecamatan Ngadiluwih.
Tak berlangsung lama kemudian petugas berhasil membekuk Ben dari rumahnya. Ben mengaku mendapatkan barang tersebut dari Im (29), warga Desa Beduk, Kecamatan Ngadiluwih.
"Dari tangan Im ini kami berhasil menemukan 117 butir jenis Lexotan yang disimpan di dapur rumahnya," kata Sudadi mengungkapkan.
Lalu Im mengaku mendapatkan barang tersebut dari Rob yang sebelumnya ditahan di Mapolresta Kediri karena kasus dugaan terlibat pencurian sepeda motor.
Sampai saat ini Rob yang juga anak anggota Polres Kediri itu masih menghuni sel tahanan Mapolresta Kediri. Selain kasus curanmor, Rob juga akan dimintai keterangan mengenai keterlibatannya dalam jaringan narkoba
Re: Kriminal
email ini di forward dr seorang teman
Semoga Bermanfaat
MODUS PENIPUAN BARU
Hati2 sekarang penipuan makin canggih aja bahkan makin bermodal.
Regards,
Kalau kita yang mengalami kisah dibawah ini mungkin kita juga tertipu.
*****************************************************
Semoga bermanfaat.
Kejadian berikut ini benar-benar terjadi pada seorang teman kantor saya pada
24 Juli 2007 lalu. Semoga cerita ini bermanfaat.
Berawal dari sebuah panggilan melalui telepon rumah (fixed line/PSTN), yang
menanyakan identitas dan alamat yang sama persis dengan data yang ada di
buku telepon. Orang yang mengaku dari "Metro TV" tersebut mengabarkan bahwa
sang pemilik nomor telepon berhak atas Grand Prize berupa mobil "Kijang
Innova". Karena sudah terlalu sering mendengar penipuan semacam ini, maka
dijawablah dengan ketus, "... kalau memang benar hadiah mobilnya buat saya,
kirim aja Pak mobilnya ke sini!".
Singkat cerita, 2 jam kemudian sampailah di depan rumah teman kita ini
sebuah Kijang Innova yang benar-benar baru, lengkap dengan pelat nomor
polisi yang masih putih!
Masih dengan perasaan yang ragu, sekaligus surprised, maka dipersilakanlah
tiga orang yang mengantarkan mobil tersebut masuk ke dalam rumah. Dengan
menunjukkan seberkas dokumen, yang konon berupa Surat Jalan, dokumen Pajak,
dokumen Asuransi, dan dokumen-dokumen yang lain maka diyakinkanlah bahwa ia
memang berhak atas mobil yang dibawanya tersebut. Sayangnya, belum sempat ia
memeriksa dokumen-dokumen tersebut, beberapa orang yang mengaku dari Pajak,
Asuransi, dan juga Notaris bergantian menghubungi via telepon dan
mengucapkan selamat atas hadiah yang didapat.
Setelah melihat ia sudah cukup yakin dengan hadiah tersebut, maka
pembicaraan beralih ke kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang 'Pemenang
Grand Prize', yaitu membayar pajak hadiah. Menurut si pengantar mobil,
jumlah yang harus dibayar oleh 'sang pemenang' adalah 25% dari harga mobil
atau senilai 42 juta rupiah. Menyadari simpanan dana yang ada tidak
mencukupi untuk jumlah tersebut, maka sempat terfikir untuk mundur. Namun,
tanpa mengenal kata menyerah, si pengantar mobil kembali meyakinkan bahwa
soal pembayaran pajak adalah hal sepele, bisa ditunda kapan saja, dan bisa
dibayar dengan dicicil... 10% dulu misalnya. Maka muncullah kembali harapan
teman kita ini sambil bergumam, "... kalau 10 juta sih saya punya...".
Gotcha!!
"OK Pak, 10 juta saya kira bisa diterima oleh Pak Notaris", tukas si
pengantar mobil.
Setelah lebih kurang 2 jam berada di rumah itu, maka tiga orang pengantar
hadiah mobil pamit untuk menuju ke 'pemenang kedua' sambil lalu mereka pun
mengajak untuk sekalian bertemu notaris sambil mengendarai 'Grand Prize'
yang baru dimenangkannya. Dengan sangat meyakinkan sang pemenang
dipersilakan untuk mengendarai mobil yang memang sudah diidamkannya selama
ini. Sebelum berangkat si pengantar hadiah menanyakan apakah uang sudah
dipersiapkan. Sempat muncul keraguan, namun rasa gembira mengalahkan
keraguan yang sempat muncul, hingga dibawalah olehnya uang tunai sejumlah 10
juta rupiah. Di tengah perjalanan, si pengantar kembali menanyakan, apakah
perlu mampir ke ATM. Namun dijawab bahwa saldo di tabungan sudah tinggal
sedikit. Maka perjalananpun dilanjutkan, dan melalui jalan bebas hambatan
(tol).
Beberapa saat di jalan tol, si pengantar dengan sopan meminta agar kemudi
diambil alih oleh temannya. Dengan beralasan bahwa kendaraan belum
diserahterimakan, sehingga bisa merepotkan jika terjadi kecelakaan, maka
beralihlah kemudi ke orang lain dan ia pun berpindah duduk di samping pak
sopir. Di saat sedang menikmati kenyamanan kendaraan baru tersebut,
tiba-tiba dari belakang sepasang tangan membekap mulut dan hidungnya dengan
lap atau sapu tangan yang beraroma sangat tajam, hingga ia pun tak sadarkan
diri......
Setengah tersadar, sekujur badan terasa sangat dingin. Setelah tersadar
penuh, ia mendapati dirinya berada di tengah padang rumput di pinggir jalan
tol. Beruntung, dompet dan seluruh isinya hanya diacak-acak hingga ia pun
bisa pulang kembali ke rumah dengan selamat. 'Beruntung', hanya 10 juta saja
yang dibawa oleh komplotan penipu yang memanfaatkan kekhilafannya siang
itu....
Teman, jika kita cermati kasus ini, maka tampak bahwa modus penipuan makin
beragam, makin berotak, dan juga makin bermodal. Kebetulan, komplotan pada
kasus ini masuk dalam kategori komplotan yang 'sopan', 'baik hati', dan main
bersih (hampir tidak ada jejak yang ditinggalkan). Bukan tidak mungkin di
lain kesempatan, bisa saja komplotan seperti ini bermain kasar. Untuk itu
selayaknya kita mengingatkan keluarga yang kita tinggalkan di rumah saat
kita bekerja, dan juga kita sendiri tentunya, untuk lebih berhati-hati.
Semoga Bermanfaat
MODUS PENIPUAN BARU
Hati2 sekarang penipuan makin canggih aja bahkan makin bermodal.
Regards,
Kalau kita yang mengalami kisah dibawah ini mungkin kita juga tertipu.
*****************************************************
Semoga bermanfaat.
Kejadian berikut ini benar-benar terjadi pada seorang teman kantor saya pada
24 Juli 2007 lalu. Semoga cerita ini bermanfaat.
Berawal dari sebuah panggilan melalui telepon rumah (fixed line/PSTN), yang
menanyakan identitas dan alamat yang sama persis dengan data yang ada di
buku telepon. Orang yang mengaku dari "Metro TV" tersebut mengabarkan bahwa
sang pemilik nomor telepon berhak atas Grand Prize berupa mobil "Kijang
Innova". Karena sudah terlalu sering mendengar penipuan semacam ini, maka
dijawablah dengan ketus, "... kalau memang benar hadiah mobilnya buat saya,
kirim aja Pak mobilnya ke sini!".
Singkat cerita, 2 jam kemudian sampailah di depan rumah teman kita ini
sebuah Kijang Innova yang benar-benar baru, lengkap dengan pelat nomor
polisi yang masih putih!
Masih dengan perasaan yang ragu, sekaligus surprised, maka dipersilakanlah
tiga orang yang mengantarkan mobil tersebut masuk ke dalam rumah. Dengan
menunjukkan seberkas dokumen, yang konon berupa Surat Jalan, dokumen Pajak,
dokumen Asuransi, dan dokumen-dokumen yang lain maka diyakinkanlah bahwa ia
memang berhak atas mobil yang dibawanya tersebut. Sayangnya, belum sempat ia
memeriksa dokumen-dokumen tersebut, beberapa orang yang mengaku dari Pajak,
Asuransi, dan juga Notaris bergantian menghubungi via telepon dan
mengucapkan selamat atas hadiah yang didapat.
Setelah melihat ia sudah cukup yakin dengan hadiah tersebut, maka
pembicaraan beralih ke kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang 'Pemenang
Grand Prize', yaitu membayar pajak hadiah. Menurut si pengantar mobil,
jumlah yang harus dibayar oleh 'sang pemenang' adalah 25% dari harga mobil
atau senilai 42 juta rupiah. Menyadari simpanan dana yang ada tidak
mencukupi untuk jumlah tersebut, maka sempat terfikir untuk mundur. Namun,
tanpa mengenal kata menyerah, si pengantar mobil kembali meyakinkan bahwa
soal pembayaran pajak adalah hal sepele, bisa ditunda kapan saja, dan bisa
dibayar dengan dicicil... 10% dulu misalnya. Maka muncullah kembali harapan
teman kita ini sambil bergumam, "... kalau 10 juta sih saya punya...".
Gotcha!!
"OK Pak, 10 juta saya kira bisa diterima oleh Pak Notaris", tukas si
pengantar mobil.
Setelah lebih kurang 2 jam berada di rumah itu, maka tiga orang pengantar
hadiah mobil pamit untuk menuju ke 'pemenang kedua' sambil lalu mereka pun
mengajak untuk sekalian bertemu notaris sambil mengendarai 'Grand Prize'
yang baru dimenangkannya. Dengan sangat meyakinkan sang pemenang
dipersilakan untuk mengendarai mobil yang memang sudah diidamkannya selama
ini. Sebelum berangkat si pengantar hadiah menanyakan apakah uang sudah
dipersiapkan. Sempat muncul keraguan, namun rasa gembira mengalahkan
keraguan yang sempat muncul, hingga dibawalah olehnya uang tunai sejumlah 10
juta rupiah. Di tengah perjalanan, si pengantar kembali menanyakan, apakah
perlu mampir ke ATM. Namun dijawab bahwa saldo di tabungan sudah tinggal
sedikit. Maka perjalananpun dilanjutkan, dan melalui jalan bebas hambatan
(tol).
Beberapa saat di jalan tol, si pengantar dengan sopan meminta agar kemudi
diambil alih oleh temannya. Dengan beralasan bahwa kendaraan belum
diserahterimakan, sehingga bisa merepotkan jika terjadi kecelakaan, maka
beralihlah kemudi ke orang lain dan ia pun berpindah duduk di samping pak
sopir. Di saat sedang menikmati kenyamanan kendaraan baru tersebut,
tiba-tiba dari belakang sepasang tangan membekap mulut dan hidungnya dengan
lap atau sapu tangan yang beraroma sangat tajam, hingga ia pun tak sadarkan
diri......
Setengah tersadar, sekujur badan terasa sangat dingin. Setelah tersadar
penuh, ia mendapati dirinya berada di tengah padang rumput di pinggir jalan
tol. Beruntung, dompet dan seluruh isinya hanya diacak-acak hingga ia pun
bisa pulang kembali ke rumah dengan selamat. 'Beruntung', hanya 10 juta saja
yang dibawa oleh komplotan penipu yang memanfaatkan kekhilafannya siang
itu....
Teman, jika kita cermati kasus ini, maka tampak bahwa modus penipuan makin
beragam, makin berotak, dan juga makin bermodal. Kebetulan, komplotan pada
kasus ini masuk dalam kategori komplotan yang 'sopan', 'baik hati', dan main
bersih (hampir tidak ada jejak yang ditinggalkan). Bukan tidak mungkin di
lain kesempatan, bisa saja komplotan seperti ini bermain kasar. Untuk itu
selayaknya kita mengingatkan keluarga yang kita tinggalkan di rumah saat
kita bekerja, dan juga kita sendiri tentunya, untuk lebih berhati-hati.
diemax13- The Co. HeadMaster Gen-X™
-
Jumlah posting : 1819
Age : 37
Lokasi : buitenzorg \'city of rain\'
Mood : need sleep
Status : ♣keep drink drunk togetha♣
Registration date : 20.08.07
Re: Kriminal
Larikan Istri Orang, Perwira Polisi Dilaporkan
Eko Antono seperti kena petir di siang bolong. Dia memergoki istrinya Indah Cahyani bermesraan dengan seorang perwira polisi. Indah pun kena tampar, sementara Iptu Subarata kabur dengan mobilnya. Wusss...
Peristiwa ini bermula ketika Iptu Subarata, yang menjabat sebagai kepala Urusan Pembinaan dan Operasional (Kaur Bin Ops) Satlantas Polres Bojonegoro, kepergok membawa Indah oleh Eko Antono suaminya, warga Jalan Diponegoro Bojonegoro.
Eko Antono memergoki istrinya sedang berduaan dengan Iptu Subarata di Jalan Tritunggal Bojonegoro.
Pembongkaran skandal itu berawal ketika Eko Antono mendapat informasi dari temannya melalui ponsel bahwa istrinya, Indah sedang bersama Iptu Subarata mengendarai sebuah mobil.
"Saya kejar mobil dengan ciri-ciri yang disebutkan dan akhirnya saya berhasil mencegatnya di Jalan Tritunggal," jelas Eko Antono dalam laporannya ke petugas Polres Bojonegoro, Jumat (14/9/2007).
Spontan saja tamparan Eko Antono bertubi-tubi mendarat ke pipi istrinya yang dituduh selingkuh itu. Di saat bersamaan, Iptu Subarata langsung menghidar dan tancap gas mobilnya seolah lari dari masalah.
Eko pun kemudian melaporkan kasus itu ke Sentral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Bojonegoro. Pengaduan itupun juga disampaikan Kapolres Bojonegoro, AKBP Achmad Nurdin.
Sebab, pengaduan langsung mengarah pada seorang perwira polisi di jajarannya. "Pak kapolres sudah menerima laporan itu, dan segera akan ditindak lanjuti," terang Kabag Bina Mitra Polres Kompol Hadi Suryo.
Ditambahkan, penyidik akan mempelajari dulu berkas laporannya. Polisi akan memulai proses penyidikan dengan memanggil para saksi. "Di antara saksi dimaksud adalah Cik Nik, sahabat Indah Cahyani," jelas Kompol Hadi Suryo.
Jika benar terbukti bersalah, Iptu Subarata bisa dijatuhi sanksi pidana maupun administrasi. "Kalau soal pidana kita serahkan pada pengadilan. Kalau administrasi bisa sampai dicopot dari jabatannya karena telah mempermalukan korps," tegasnya.
Eko Antono seperti kena petir di siang bolong. Dia memergoki istrinya Indah Cahyani bermesraan dengan seorang perwira polisi. Indah pun kena tampar, sementara Iptu Subarata kabur dengan mobilnya. Wusss...
Peristiwa ini bermula ketika Iptu Subarata, yang menjabat sebagai kepala Urusan Pembinaan dan Operasional (Kaur Bin Ops) Satlantas Polres Bojonegoro, kepergok membawa Indah oleh Eko Antono suaminya, warga Jalan Diponegoro Bojonegoro.
Eko Antono memergoki istrinya sedang berduaan dengan Iptu Subarata di Jalan Tritunggal Bojonegoro.
Pembongkaran skandal itu berawal ketika Eko Antono mendapat informasi dari temannya melalui ponsel bahwa istrinya, Indah sedang bersama Iptu Subarata mengendarai sebuah mobil.
"Saya kejar mobil dengan ciri-ciri yang disebutkan dan akhirnya saya berhasil mencegatnya di Jalan Tritunggal," jelas Eko Antono dalam laporannya ke petugas Polres Bojonegoro, Jumat (14/9/2007).
Spontan saja tamparan Eko Antono bertubi-tubi mendarat ke pipi istrinya yang dituduh selingkuh itu. Di saat bersamaan, Iptu Subarata langsung menghidar dan tancap gas mobilnya seolah lari dari masalah.
Eko pun kemudian melaporkan kasus itu ke Sentral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Bojonegoro. Pengaduan itupun juga disampaikan Kapolres Bojonegoro, AKBP Achmad Nurdin.
Sebab, pengaduan langsung mengarah pada seorang perwira polisi di jajarannya. "Pak kapolres sudah menerima laporan itu, dan segera akan ditindak lanjuti," terang Kabag Bina Mitra Polres Kompol Hadi Suryo.
Ditambahkan, penyidik akan mempelajari dulu berkas laporannya. Polisi akan memulai proses penyidikan dengan memanggil para saksi. "Di antara saksi dimaksud adalah Cik Nik, sahabat Indah Cahyani," jelas Kompol Hadi Suryo.
Jika benar terbukti bersalah, Iptu Subarata bisa dijatuhi sanksi pidana maupun administrasi. "Kalau soal pidana kita serahkan pada pengadilan. Kalau administrasi bisa sampai dicopot dari jabatannya karena telah mempermalukan korps," tegasnya.
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik